Kamis, 28 November 2013

Indonesia Harus Siap Menghadapi CyberWar

Maraknya peretasan website dikalangan pemerintahan membuat sebagian kelompok khawatir dengan kinerja dan integritas aparat pemerintah sebagai pelaksana Negara. Bagaimana tidak? data yang seharusnya rahasia mampu diretas oleh hacker dan mempublikasiakannya.



idevsite - cyber war
Cyber War

Sebenarnya aksi ini bukan hanya terjadi saat ini, sebelum marak diberitakan sering terjadi peretasan dalam situs pemerintah Indonesia. Menurut Ega Gilang Ramadhan (cr0security), "Yang paling bertanggung jawab atas tindakkan peretasan di mata hukum adalah peretas itu sendiri. Namun pemerintahan juga harus bertanggung jawab, karena anggaran dana yang di keluarkan cukup besar tapi hasil tidak maksimal dalam segi pengamanan web terkait. Motif peretasan sebuah situs itu berbeda-beda, ada yang hanya untuk bersenang-senang, politik, enemy (lawan).

Cyber warfare (Cyberwar), merupakan perang yang sudah menggunakan jaringan komputer dan Internet atau dunia maya (cyber space) dalam bentuk strategi pertahanan atau penyerangan sistim informasi lawan.   Cyber warfare juga dikenal sebagai perang cyber yang mengacu pada penggunaan fasilitas www (world wide web) dan jaringan komputer untuk melakukan perang di dunia maya.


Kegiatan cyber warfare dewasa ini sudah dapat dimasukan dalam kategori perang informasi berskala rendah (low-level information warfare) yang dalam beberapa tahun mendatang mungkin sudah dianggap sebagai peperangan informasi yang sebenarnya  (the real information warfare).

Seperti contoh, pada saat perang Irak-AS, disana diperlihatkan bagaimana informasi telah diekploitasi sedemikian rupa mulai dari laporan peliputan TV, Radio sampai dengan penggunaan teknologi sistim informasi dalam cyber warfare untuk mendukung kepentingan komunikasi antar prajurit serta jalur komando dan kendali satuan tempur negara-negara koalisi dibawah pimpinan Amerika Serikat.

Berbagai aksi cyber warfare atau cyber information, berupa kegiatan disinformasi atau propaganda oleh pasukan koalisi yang telah terbukti menjadi salah satu faktor peruntuh moril dari pasukan Irak.

Di dalam konsep cyber warfare, penggunaan teknologi sistim informasi dimanfaatkan untuk mendukung kepentingan komunikasi antar prajurit atau jalur komando yang difasilitasi oleh satu sistem komando kendali militer modern, yaitu sistem NCW (Network Centric Warfare).

"Kompetisi 'cyber' yang sering dilakukan pemerintah sesungguhnya juga merupakan upaya melakukan perlindungan berbagai kelemahan 'website' di Indonesia," katanya.

Ia mengatakan kasus penyadapan oleh Australia terhadap komunikasi beberapa pejabat di Indonesia tidak hanya menghebohkan masyarakat, tetapi juga memicu munculnya semangat nasionalisme dari beberapa elemen masyarakat dengan bertindak reaktif.

Hal itu dapat dilihat dengan munculnya aksi beberapa "hacker" atau peretas Indonesia yang mengaku telah meretas beberapa "website" di Australia. "Cyber attack" itu pada akhirnya berbuntut aksi saling balas.

Beberapa halaman 'website' dan 'server' penting Indonesia seperti Garuda Indonesia dan Angkasa Pura juga berhasil disusupi oleh kelompok anonymous Australia. Hal itu merupakan salah satu bentuk perang yang memanfatkan media informasi teknologi.

Adanya "website" instansi pemerintah di Indonesia yang berhasil dijebol oleh peretas menandakan masih banyak titik kelemahan dalam "website" tersebut, sehingga pada dasarnya bukan keahlian seorang "hacker" yang dapat menjebolnya melainkan karena lemahnya sistem pengamanan.

Website pemerintah yang diretas tersebut bukan karena peretasnya yang ahli tetapi karena lemahnya pengamanan.

Sumber: mediatransparancy.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar